This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Pemanfaatan Air Rebusan Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Sebagai Alternatif Pewarna Alami Makanan Pada Pembuatan Kerupuk



Keamanan makanan merupakan kebutuhan masyarakat. Banyaknya pemberitaan mengenai penggunaan bahan tambahan pangan yang berbahaya bagi kesehatan, terutama bahan pewarna sintetis, perlu mendapatkan perhatian yang lebih lanjut. Padahal, selain pewarna buatan yang terbuat dari proses sintesis kimia, ada juga pewarna alami yang terbuat dari bahan-bahan alami yang terdapat di alam untuk digunakan sebagai pewarna makanan. Warna merah pada produk kerupuk yang ditemukan menggunakan pewarna sintetis dapat diganti dengan pemanfaatan pigmen antosianin kulit manggis. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pemanfaatan air rebusan kulit manggis sebagai alternatif pewarna alami pada pembuatan kerupuk.

Jenis penelitian ini adalah eksperimen dalam klasifikasi eksperimen semu (quasi experiment design). Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November tahun 2013 hingga bulan Juni 2014. Penelitian mutu organoleptik dan proses pembuatan zat pewarna dilakukan di Laboratorium Praktikum Teknologi Pangan Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Padang. Data diperoleh dari uji organoleptik kemudian dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA) pada taraf nyata 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa air rebusan kulit manggis dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami pada pembuatan kerupuk. Berdasarkan hasil uji dapat disimpulkan bahwa mutu organoleptik yang paling baik adalah kerupuk pada perlakuan D dengan warna merah muda pucat, aroma khas kerupuk, bertekstur renyah dan jumlah kulit manggis yang digunakan tidak berpengaruh terhadap rasa produk kerupuk.

Disarankan dalam pembuatan kerupuk, kulit manggis yang digunakan mulai dengan jumlah 200 gr dalam 360 ml air untuk mendapatkan warna yang lebih tepat serta adanya penelitian lanjutan untuk melihat kadar antioksidan yang terkandung di dalam produk kerupuk yang diberikan perlakuan.
(abstrak karya tulis ilmiah by Geby Sari)

0 komentar

ANALISIS YODIUM


Tubuh manusia normal mengandung sekitar 15 - 20 mg iodium. Sekitar 70% - 80% dari iodium ini  berada di kelenjar tiroid (Pada keadaan goiter dan asupan iodium yang rendah, jumlah iodium di kelenjar tiroid bisa menjadi 1 mg). Sisa Iodium terdapat di dalam jaringan lain, terutama dalam kelenjar ludah, payudara, lambung, dan didalam ginjal (Almatsier, 263: 2001). Di dalam darah iodium terdapat dalam bentuk iodium bebas atau terikat dengan protein  
Fungsi iodium
            Yaitu sebagai komponen dari hormon tiroid, 3, 5, 3’, 5’ -  tetraiodotironin (Titoksin/ T4) dan 3, 5, 3’ - triiodotironin (T3). Adapun stuktur dari T3 dan T4 sebagai berikut. 






Hormon - hormon ini dibutuhkan untuk pertumbuhan normal dan perkembangan jaringan seperti SSP (sistem syaraf pusat) dan untuk pematangan seluruh tubuh. Hormon ini juga mengatur tingkat metabolisme basal (BMR) dan metabolisme makronutrien. Tiroksin dapat merangsang metabolisme hingga 30%. Disamping itu kedua hormon ini juga mengatur suhu tubuh, reproduksi, pembentukan sel darah merah serta fungsi otot dan syaraf, berperan juga dalam perubahan karoten menjadi Vit.A. Beberapa laporan menyatakan bahwa iodium juga memiliki fungsi tambahan seperti pada respon imun, penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menerima pernyataan ini.
Metabolisme dan Absorbsi Iodium
            Jumlah iodium yang terserap dari makanan sebagian besar tergantung pada tingkat iodium dalam makanan. Konsumsi normal iodium sehari adalah 100-150 mikrogram/hari. Iodium tertelan dalam berbagai bentuk. Sebelum diabsorbsi, iodium direduksi menjadi iodida dalam usus. Iodium mudah terserap dalam bentuk iodida. Lalu, adsorpsi iodida berlangsung cepat, terutama dari bagian atas usus halus dan lambung, setelah itu diterima segera oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid harus menerima sebanyak 60 mikrogram iodium sehari untuk memelihara persediaan hormon tiroid yang cukup. Penangkapan iodida oleh kelenjar tiroid dilakukan secara transpor aktif. Segera di kelenjar tiroid, iodida berpartisipasi di serangkaian kompleks reaksi untuk menghasilkan hormon tiroid.
            Hormon tiroid dibentuk di kelenjar tiroid dari tiroglobulin, suatu glikoprotein ordinasi. Sekali iodinasi, tiroglobulin terkena enzim proteolitik dalam kelenjar tiroid yang memecahnya untuk melepaskan terutama T4 dan beberapa T3 ke dalam darah.
            Produksi T4 dan T3 di tiroid dikontrol oleh jumlah hormon TSH (thyroid stimulating hormone). Juga disebut sebagai tirotropin. Ketika jumlah T4 dan T3 cukup, terdapat umpan balik ke hipotalamus, yang mengatur produksi TSH. Jika T4 yang terdapat di peredaran darah turun karena kekurangan iodium ringan, lalu sekresi TSH ditingkatkan, yang akan mendorong penyerapan iodium oleh tiroid dan meningkatkan pengeluaran T4  ke dalam sirkulasi. Pada kekurangan iodium sedang, tentu jumlah T4 dalam sirkulasi akan turun, tetapi kadar TSH tetap tinggi. Pada kondisi kekurangan iodium yang sangat parah, kadar T3 juga menurun. Maka, tingkat T4 maupun TSH dapat digunakan untuk mendiagnosis hipotiroidisme akibat kekurangan iodium (Clugston dan Hetzel, 1994).
            Segera dalam sirkulasi, T4 dan T3 dengan cepat melekat pada protein pengikat khususnya transthyretin, globulin , dan albumin. Hormon terikat kemudian berpindah ke jaringan target di mana T4 dideidonasi menjadi T3, bentuk aktif secara metabolik. Iodium yang dilepaskan kembali ke serum sedikit sekali  atau diekskresikan melalui urin.
            Deiodinasi ini dikontrol oleh iodotironin deiodinase (EC 3.8.1.4), enzim yang membutuhkan selenosistein pada sisi aktifnya untuk berfungsi (Arthur, 1999). Maka seperti disebutkan sebelumnya, kekurangan selenium akan mengganggu perubahan T4 menjadi bentuk aktif T3.
           
Kekurangan Iodium pada Manusia
Berbagai efek kekurangan yodium pada pertumbuhan dan perkembangan disebut "gangguan kekurangan yodium" (IDD/Iodine Defeciency Disorders). Diantaranya yaitu keterbelakangan mental, hipotiroidisme, gondok, kretinisme, dan abnormalitas pada berbagai tingkat pertumbuhan dan perkembangan. Pada semua usia, IDD yang paling umum dan jelas adalah gondok, pembesaran tiroid. Namun, hormon tiroid sangat penting untuk mielinasi sistem saraf pusat, yang paling aktif pada periode perinatal, selama janin, dan perkembangan postnatal awal. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa pasokan tidak memadai yodium selama periode cepat perkembangan otak memiliki pengaruh besar pada pengembangan neuro-intelektual bayi dan anak-anak (Hetzel, 2000). Memang, akhir - akhir ini  telah dikonfirmasi oleh metaanalisis dari 18 studi. Kekurangan yodium menyebabkan penurunan rata - rata skor IQ sebesar 13.5 poin dibandingkan dengan kelompok yang tidak mengalami kekurangan iodium.
Gondok merupakan konsekuensi utama dari kekurangan yodium kronis dan masih banyak terjadi diseluruh dunia. Hal ini biasanya terjadi ketika asupan yodium makanan  < 50 mg / hari. WHO telah menetapkan kriteria untuk memperkirakan ukuran kelenjar tiroid dalam rangka standarisasi hasil survei.
Pada daerah dengan gondok endemik dan kekurangan yodium yang parah, kretinisme endemik mungkin terjadi. Perbedaan geografis dalam manifestasi klinis kretinisme endemik ditemukan. Gambaran klinis selalu menyertakan defisiensi mental baik sindrom neurologis yang terdiri dari cacat pendengaran, bicara dan gangguan karakteristik sikap, maupun hipotiroidisme dominan dan pertumbuhan terhambat (misalnya, bentuk myxoedema). Sindrom awal, yang dikenal sebagai cretisnism syaraf atau neurologis, lebih umum dan muncul akibat dari kekurangan yodium yang terjadi pada ibu selama perkembangan janin. Di beberapa daerah (misal di Himalaya) campuran dari kedua sindrom terjadi (Lamberg, 1993). Ada bukti bahwa etiologi kretinisme neurologis maupun myxoedema dapat dipengaruhi oleh koeksistensi yodium dan kekurangan selenium di beberapa daerah (Vanderpas et al.,1990).
Kasus defesiensi yodium yang ringan sampai sedang, ditandai dengan gangguan fungsi tiroid, telah terdeteksi pada beberapa bayi baru lahir prematur di Eropa dan di tempat lain. Penurunan fungsi tiroid dapat berhubungan, sebagian, dengan neuro-intelektual defesiensi sering diamati pada bayi prematur selama perkembangan mereka.
Anak preadolescens ( khususnya < 5 ), dan wanita premenopause juga tampak beresiko untuk mengalami defesiensi yodium ringan sampai sedang, bahkan di beberapa negara yang lebih makmur seperti Switzerland, Australia, dan New Zealand.
 Penyebab paling umum dari defesiensi yodium adalah asupan iodium makanan yang tidak memadai. Memang, penurunan intake yodium telah dikaitkan dengan timbulnya kembali defesiensi yodium ringan baik di Australia maupun Selandia Baru. Penurunan ini telah dikaitkan dengan pengurangan penggunaan iodophors dalam industri susu dan konsumsi garam beriodium.
Faktor makanan sekunder yang terkait dengan perkembangan kekurangan yodium termasuk goitrogens, atau zat dalam makanan yang dapat menghambat penyerapan atau pemanfaatan yodium dan dengan demikian mengurangi penyerapan ke dalam kelenjar tiroid.
Sayuran dari keluarga Brassicaceae, terutama kubis, lobak, mengandung agen antitiroid aktif dalam bentuk gabungan (progoitrin). Secara umum goitrogen merusak pengikatan kovalen yodium dengan tiroglobulin dan mencegah oksidasi yodium oleh yodium peroksidase tiroid. Goitrogens lainnya adalah linamarin, sianoglukosida yang ditemukan di singkong, disulfida dari hidrokarbon jenuh dan tak jenuh dari sedimen organik dalam air minum, kedelai, dan produk-produk bakteri Eschericia Colli dalam air minum. Bayi baru lahir dan wanita hamil , lebih sensitif terhadap tindakan antitiroid dari goitrogens makanan daripada bayi dan anak-anak.
Faktor-faktor diet lain yang berhubungan dengan kekurangan yodium termasuk defesiensi selenium, zat besi, atau vitamin A, yang masing-masing menimbulkan efek kekurangan yodium. Langkah kunci tertentu dalam metabolisme yodium tergantung pada besi. Pada orang dengan anemia defisiensi besi, tingkat T4 dan T3 lebih rendah, konversi T4 ke T3 lebih lambat, dan konsentrasi TSH yang meningkat (Dillman et al., 1980; Beard et al., 1990). Oleh karena itu, anak - anak gondok dengan anemia defisiensi besi menunjukkan respon yang lebih rendah untuk minyak beryodium daripada anak dengan cukup besi. Dalam sebuah penelitian pada anak-anak Marocco yang diobati dengan kapsul besi dan atau garam beryodium, ada pengurangan besar prevalensi hipotirodisme dan gondok antara anak yang diberi besi dan garam beryodium dibanding yang hanya diberi garam saja.
Pembuktian akhir - akhir ini menunjukkan bahwa interaksi antara vitamin A dan metabolisme tiroid dapat melibatkan penghambatan sekresi TSH oleh pituitari dan transportasi hormon tiroid, mediasi sebagian melalui dua protein transpor, retinol-binding protein (RBP) dan transthyretin. Beberapa studi telah melaporkan peningkatan kadar retinol serum pada orang dengan gondok.
Defisiensi yodium sekunder bisa terjadi pada penyakit kelenjar tiroid, atau kegagalan hipotalamus. Dalam kondisi tertentu, iodida dalam dosis besar bisa mengahambat sintesis hormon tiroid, biasanya ini hanya sementara, fenomena ini dikenal sebagai efek  Wolff-Chaikoff. Kadang-kadang dalam 3% - 4% dari orang yang sehat.

Makanan Sumber dan Asupan Makanan
Yodium terdapat dalam makanan sebagian besar sebagai iodida anorganik. Makanan yang berasal dari laut seperti ikan laut, kerang - kerang, dan rumput laut - merupakan sumber makanan yang sangat baik dari yodium tetapi dimakan dalam jumlah kecil di banyak negara. Sebaliknya produk susu merupakan sumber makanan utama yodium di negara-negara makmur (Wilson, et al.,1999); sereal termasuk sumber makanan sekunder, khususnya di negara-negara di mana garam beriodium atau iodat yang digunakan dalam perusahaan roti. Kandungan yodium daging, susu, dan telur sangat bervariasi bardasarkan daerah, musim, dan jumlah yodium dalam makanan hewan (Hemken, 1979). Sayuran dan buah-buahan merupakan  produk yang umumnya rendah yodium (Fischer and Carr, 1974).
Kehilangan yodium selama proses memasak, tergantung pada suhu, sifat makanan, dan lamanya waktu memasak (Wang et al., 1999).  Pembekuan dan pengeringan beku juga dapat mengurangi kandungan yodium dari makanan hingga 20% - 25% (Lee et al., 1994).
Sumber yodium dapat berkontribusi untuk kandungan yodium makanan. Termasuk iodat digunakan sebagai adonan kondisioner seperti disebutkan di atas, iodoform digunakan dalam air sebagai desinfektan,  yodium mengandung pewarna makanan (misalnya, eritrosin dan mawar bengal), dan iodophors digunakan dalam industri susu (Vought et al., 1972 ; Dunsmore and Wheeler, 1997 ; Delunge, 1985). Namun, penggunaan iodophors telah menurun di beberapa daerah, misalnya di New Zealend dan Australia, yang telah menyebabkan penurunan kadar  yodium dalam susu di negara-negara ini (Knowles et al., 1999).
Metode yang disarankan untuk mencegah defisiensi yodium adalah memperkenalkan penggunaan garam beriodium, menggunakan natrium iodida atau natrium iodat sebagai tambahan. Di beberapa negara di mana produksi, distribusi dan pemantauan garam beryodium lebih sulit, (seperti di Papua New Guinea, Argentina, Kongo, dan China), minyak beryodium diberikan baik secara langsung maupun (lebih baik) secara intramuskuler, telah digunakan. Daerah lain memperkenalkan roti beryodium (Tasmania dan Netherland) (Lamberg, 1993), air minum beryodium (China, Malaysia) atau gula beryodium (Eltom et al.,1995). Di Finlandia iodisasi pakan ternak telah digunakan (Varo et al., 1982)

Pengaruh Asupan Tinggi Yodium
            Sebagian besar individu dengan kelenjar tiroid sehat sangat toleran terhadap asupan yodium yang lebih dari makanan (Pennington, 1990). Dalam keadaan seperti itu, penyerapan yodium oleh tiroid dikurangi, sehingga gondok dan hipotiroidisme jarang terjadi. Di daerah-daerah tertentu seperti Jepang dan Cina, namun di mana rumput laut kaya akan yodium adalah makanan pokok (Suzuki et al., 1965; Suzuki dan Mashimo, 1973) intake tinggi yodium (50.000 sampai 80.000 mg / hari) dapat menyebabkan pembesaran tiroid (gondok).
            Ada juga populasi tertentu yang merespon negatif dengan konsumsi berlebihan yodium secara spontan. Diantaranya yaitu orang yang hidup di daerah gondok endemik dan dengan kebiasaan intake yodium yang rendah, yang sensitif terhadap yodium, dan mereka yang sudah ada abnormalitas kelenjar tiroid seperti penyakit tiroid autoimun (Delange et al.,1999). Orang tua, terutama wanita yang memiliki asupan yodium rendah sepanjang hidup mereka, cenderung lebih rentan terhadap asupan yodium berlebih (Pennington, 1990). Efek samping yang mungkin terjadi termasuk hipotiroidisme dan TSH tinggi, gondok, peningkatan kejadian penyakit tiroid autoimun, dan kemungkinan kanker tiroid papilary (IOM, 202).
            Kadang-kadang, ketika yodium telah diberikan untuk menghindari daerah kekurangan yodium, beberapa kasus hipertiroidisme atau Jod-Base-dow tirotoksikosis telah muncul. Akhir ini terjadi pada individu dengan gumpalan tiroid yang "otonom" atau "terlalu aktif". Hipertiroisme umumnya ringan dan dapat diobati dengan mudah.
            The U.S Food and Nutrition Board Tolerable Upper Intake Level untuk asupan yodium dewasa > 19 mg dan wanita hamil dan menyusui 1.100 mikrogram/hari.

Indeks Status Iodium
            Metode biokimia adalah yang paling sering digunakan untuk menilai status yodium untuk menentukan eksresi yodium melalui urine baik urine 24 jam maupun contoh urine sewaktu. Pengukuran TSH di dalam serum digunakan sebagai tes penyaringan untuk mendeteksi hipotiroid bawaan pada bayi yang baru lahir. Apakah ini juga bisa digunakan untuk menilai status yodium masih belum jelas. Beberapa penelitian menyatakan bahwa konsentrasi tiroglobulin serum merupakan penanda sensitif untuk status iodium. Kadar T3 dan T4 di dalam serum kadang - kadang juga bisa digunakan, meskipun ini relatif tidak sensitif, umumnya penurunan dibawah rentang normal terjadi pada kondisi defesiensi iodium yang sangat parah.
a.      Ukuran Tiroid melalui Palpasi Leher
            Dalam kekurangan yodium, kelenjar tiroid, yang terletak di depan trakea dan di atas laring membesar. Pembesaran tiroid ini dikenal sebagai gondok, dan merupakan konsekuensi klinis yang paling jelas dari defisiensi yodium. Karena kelenjar tiroid tidak dapat kembali ke ukuran normal selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun
            Gondok biasanya terjadi ketika asupan makanan yodium adalah < 50 mg / hari, kecuali itu juga terkait dengan goitrogens dalam makanan. Goitrogens juga dapat menyebabkan pembesaran tiroid. Gondok mencerminkan upaya oleh tiroid untuk mengkompensasi kurangnya produksi hormon tiroid, yang disebabkan oleh kekurangan yodium. Dengan output berkurang dari tiroid, kadar T4 menurun, yang menyebabkan peningkatan sekresi TSH oleh hipotalamus. Hal ini meningkatkan uptake iodida oleh tiroid, yang meningkatkan perubahan yodium berkaitan dengan hiperplasia sel-sel folikel tiroid. Dan sebagai hasilnya, terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
            Awalnya, kelenjar tiroid membesar secara menyebar dan simetris, tetapi seiring keparahan peningkatan kekurangan yodium dan usia subjek, ukuran kelenjar meningkat dan bisa teraba. Dalam beberapa keadaan, pembesaran tiroid dapat menyebabkan gejala sumbatan pada trakea atau kerongkongan.
            Metode traditional mengukur ukuran tiroid adalah menggunakan palpasi leher. Beberapa penelitian telah membandingkan penggunaan palpasi leher dengan USG untuk memperkirakan prevalensi gondok. Hasil menunjukkan bahwa di daerah-daerah IDD ringan dimana prevelance dari gondok terlihat rendah, sensitivitas dan spesifisitas palpasi rendah, sehingga terjadi misklasifikasi yang tinggi (yaitu 40%). Namun, di daerah dengan IDD sedang sampai parah, gondok palpasi, menggunakan kriteria WHO/UNICEF/ ICCIDD (1994) yang umumnya memberikan perkiraan yang relatif akurat, terutama untuk anak-anak 6-12 tahun, wanita hamil, dan menyusui.
            Ada beberapa buktinya bahwa volume tiroid bervariasi sesuai umur. Beberapa laporan menunjukkan bahwa anak perempuan memiliki volume tiroid lebih besar daripada anak laki-laki.

Interpretasi Kriteria
            Sebuah klasifikasi gondok disederhanakan berdasarkan tiga kelas telah dikembangkan oleh WHO/UNICEF/ICCIDD (1994). Palpasi leher sangat cocok untuk anak-anak 6-12 tahun, wanita hamil, dan menyusui, tetapi tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak muda dengan tiroid kecil. Volume tiroid meningkat dengan usia, mencapai batas di sekitar 15 tahun.
            Perkiraan kelas 1 goiter menggunakan palpasi leher tidak begitu akurat. Selanjutnya, spesifisitas dan sensitivitas palpasi di kelas 0 dan 1 rendah karena perbedaan variasi pemeriksa yang tinggi. Oleh karena itu, selalu dianjurkan untuk mengkonfirmasi tingkat gondok yang rendah dengan ultrasonografi dan tingkat yodium urin ekskresi.
Grade 0          : Tidak ada gondok (teraba maupun terlihat)
Grade 1          : Teraba tapi tidak terlihat ketika leher berada dalam posisi normal.
Grade 2          : Pembengkakan di leher yang terlihat ketika leher berada dalam posisi normal                       dan teraba ketika dipalpasi.                         
Pengukuran dengan palpasi leher
            Inspeksi yang dilanjutkan dengan palpasi leher adalah metode konvensional untuk mengukur ukuran tiroid. Sebuah kelenjar tiroid dianggap membesar ketika kelenjar  berukuran lebih besar dari jempol dari subjek yang diperiksa. Di kelas 1 gondok, lobus tiroid lebih besar dari ujung ibu jari ketika dipalpasi tapi tidak terlihat ketika leher berada dalam posisi normal. Dalam gondok kelas 2, tiroid yang membesar dan terlihat ketika leher berada dalam posisi normal. 
            Palpasi leher murah dan mudah untuk dilakukan, hanya membutuhkan biaya pemeriksaan. Personil dapat dilatih dengan mudah. Dalam pengaturan banyak, palpasi mungkin lebih dapat diterima dan dibandingkan ultrasonografi tiroid.

b.      Volume Tiroid dengan Ultrasonografi
            Ultrasonografi mengukur Volume tiroid (Tvol) lebih tepat dan obyektif daripada inspeksi dan palpasi leher, terutama jika gondok terlihat kecil. Metode ini menggunakan frekuensi suara dalam kisaran MegaHz, jauh di atas frekuensi suara yang dapat didengar. Impuls diterapkan pada leher oleh perangkat genggam kecil yang bisa mengirimkan sinyal dan menerima refleksi. USG menembus permukaan kulit dan melewati jaringan di bawahnya, dengan porsi tertentu dari suara yang dipantulkan kembali. Jaringan yang mengandung kepadatan yang berbeda menghasilkan gema.
            WHO / ICCIDD (1997) menyarankan menggunakan metode ini pada anak-anak 8-10 tahum. Metode ini aman, noninvasif, dan layak bahkan di daerah terpencil karena ketersediaan portabel, peralatan kasar, dan alat USG. Alat ini bisa digunakan walau  tidak ada listrik tetapi dari aki mobil. Ultrasonografer harus terlatih ketika mengukur volume tiroid, karena bentuk kelenjar tiroid yang tidak beraturan.
Interpretive Kriteria
            Untuk interpretasi ultrasonografi tiroid dengan benar untuk penilaian prevalensi gondok, kriteria referensi yang valid yaitu dari populasi yang cukup iodium (asupan yodium rata-rata> 150 mg/hari dan yodium urin median sampel kasual adalah > 100 mg / L)
            Seorang anak didefinisikan sebagai memiliki gondok, ketika volume tiroid spesifik berdasarkan jenis kelamin, dinyatakan sebagai fungsi dari usia atau BSA (Body Surface Area)  > 97th persentil (nilai ditunjukkan dalam tabel). Data tiroid volume diberikan sebagai fungsi dari BSA karena ada negara dengan prevalensi retardasi mental yang tinggi, anak dengan berat kurang dan lebih pendek dari anak pada usia yang sama.  Luas permukaan tubuh (BSA) (m2) dapat dihitung dengan menggunakan rumus followinng:
            W0.245 x H0.725X  0,007184
dimana w adalah berat badan (kg), h adalah tinggi (cm). Saat ini, tidak ada nilai-nilai internasional ada untuk orang dewasa.
Pengukuran volume tiroid dengan ultrasonografi
            Semua pengukuran volume tiroid oleh ultrasonografi harus dilakukan dengan baik oleh para operator yang telah berpartisipasi dalam latihan kalibrasi dengan tim yang berpengalaman. Untuk pengukuran Tvol pada anak-anak kecil (misalnya, < 6 yahun), 7.5 MHz  harus digunakan untuk mendapatkan resolusi yang memadai, sedangkan untuk anak-anak > 6 tahun transduksi 5.0 MHz sudah cukup. Operator pengalaman dapat menyelesaikan hingga 200 pemeriksaan untuk volume tiroid per hari. Program pelatihan yang tersedia secara internasional. Dalam prakteknya, pengukuran volume tiroid oleh USG sering tidak berdasarkan standar, karena tidak ada kriteria standar yang ada untuk mengambil pengukuran atau perhitungan volume tiroid. Akibatnya, WHO saat ini sedang membangun seperangkat kriteria standar.
            Ultrasonografi sedang digunakan dalam skala besar oleh survei di Eropa, Amerika Selatan, dan Australia. Karena volume tiroid bukanlah indikator status yodium saat ini, ultrasonografi ataupun palpasi tidak harus digunakan untuk memantau keberhasilan program iodisasi garam.

c.       Eksresi Iodium melalui Urine
            Eksresi iodium sehari - hari melalui urine mendekati jumlah asupan iodium terakhir karena hanya sebagian kecil iodium dibuang bersama feses. Sebenarnya, lebih dari 90% asupan iodium dieksresikan melalui urine (Nath et al., 1992). Oleh karena itu, jika diasumsikan jumlah urine 24 jam adalah sebanyak 0.0009 L/jam/kg BB, dan rata - rata kemampuan iodium untuk diserap dari makanan adalah 92%, maka asupan iodium sehari - hari dalam mikrogram bisa dihitung sebagai berikut.

I intake   = ( 0.0009 x 24 / 0.92 ) x W x U
            = 0.0235 x W x U
W adalah BB (kg), dan U (iodium urine).
            Iodium urine telah digunakan sebagai indeks  pada penilaian yodium di skala besar untuk menilai kekurangan maupun kelebihan iodium. Urine 24 jam lebih sering digunakan tapi tidak selalu praktis pada praktek dilapangan. Sebagai alternatif, urine yang diambil sebelumnya subjek ukur dipuasakan ddi pagi hari atau sampel urin kasual sering digunakan untuk perkiraan.
Kriteria Interpretasi
WHO / ICCIDD (2001) menyatakan kriteria untuk menilai IDD yaitu.
IDD parah                   : Nilai median < 20
IDD sedang                :                       20 – 49
IDD ringan                  :                       50 – 99
Optimal                       :                       100 – 199
Resiko hipertiroid       :                       200 – 299
Pengukuran iodium urine
            Untuk pengukuran yodium urin, perawatan harus dilakukan untuk menghindari kontaminasi. Spesimen urin dikumpulkan dalam tabung polietilen khusus dan ditutup rapat. Sampel tidak memerlukan penambahan pengawet atau pendinginan selama pengumpulan dan transportasi ke laboratorium. Sampel dapat disimpan didinginkan selama beberapa bulan sebelum dianalisis, disediakan sampel yang ditutup rapat untuk menghindari penguapan. Sampel urin beku dapat disimpan untuk waktu yang lama.
            WHO/UNICEF/ICCIDD (1994) menjelaskan metode sederhana yang cocok untuk menganalisis yodium urin pada survey epidemiologi, yang biayanya sekitar $ 0.5 - 1 per spesimen, termasuk tenaga kerja, 150 spesimen dapat diproses setiap hari menggunakan metode ini
            Banyak metode yang didasarkan pada pencernaan asam klorida dengan penentuan iodium oleh reaksi  Sandell dan Kolthoff. Dalam reaksi ini, yodium mengkatalisis reduksi Ceric Ammonium Sulfat (berwarna kuning) ke bentuk Cerous (tidak berwarna) menggunakan asam arsenat, lalu diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 405 nm.
            Pengukuran yodium urin tidak tepat jika makanan mengandung goitrogen yang mencegah penyerapan yodium ke dalam kelenjar tiroid, dan sintesis hormon tiroid. Yodium urin tidak mencerminkan fungsi tiroid, sehingga dalam kondisi seperti ini, ekskresi iodium urin mungkin normal.

d.      TSH pada Serum atau Seluruh Darah
            Jumlah TSH pada serum ataupun seluruh darah merefleksikan ketersediaan dan kecukupan hormon tiroid, oleh karena itu, bisa sebagai indikator fungsi tiroid. Pada kekurangan iodium yang parah, konsentrasi serum TSH naik. Sebagai dampak peningkatan sekresi TSH oleh hipotalamus untuk menstimulasi sintesis hormon tiroid. Kadar TSH serum tidak bisa digunakan untuk penilaian status iodium orang dewasa karena tidak terdapat rentang normal serum TSH pada orang dewasa. Oleh karena itum serum TSH bulan indikator yang sensitif untuk melihat kekurangan iodium pada dewasa.
            Bayi baru lahir sangat peka terhadap defesiensi yodium, mereka lebih sering menunjukkan konsentrasi TSH yang tinggi pada serum daripada orang dewasa. Pengujian konsentrasi TSH dalam serum, darah utuh, atau darah tali pusat bayi baru lahir adalah tes penyaringan yang  dianjurkan untuk  hipotiroid bawaan.
            Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kadar TSH pada bayi baru lahir.
1.      Defesiensi  yodium pada ibu dapat menghasilkan tingkat TSH sedikit lebih tinggi di
2.      Stress
Stres selama proses kelahiran menyebabkan lonjakan TSH selama 1 beberapa hari kehidupan
3.      Waktu pengumpulan darah dapat mempengaruhi kadar TSH. Specimens yang dikumpulkan pada hari pertama memiliki kadar TSH lebih tinggi daripada yang dikumpulkan setelahnya.
4.      Hipotiroid bawaan menginduksi tingkat TSH yang sangat tinggi
5.      Paparan yodium yang mengandung antiseptik dan sinar x pada ibu atau bayi dapat menyebabkan peningkatan kadar TSH selama 1 bulan atau lebih setelah lahir.
6.      Paparan terhadap obat antitiroid dapat meningkatkan kadar TSH.
Kriteria Interpretasi
            Cutoff point untuk konsentrasi TSH serum atau seluruh darah pada bayi baru lahir telah didefinisikan oleh WHO/UNICEF/ICCIDD (1994) sebagai berikut > 20-25 mU/L pada seluruh darah atau 40-50 mU/L pada serum direkomendasikan sebagai batas untuk melakukan penapisan pada kejadian hipotirodisme bawaan
Pengukuran TSH
            Darah tali pusat atau tusukan tumit spesimen darah dapat dikumpulkan ke kertas filter untuk pengujian tersebut. Metode uji direkomendasikan untuk TSH adalah metode Enzyme-Linked Immunosorbent (ELISA) menggunakan antibodi monoklonal. Ini juga memiliki sensitivitas yang tinggi memungkinkan penentuan IDD ringan sampai sedang terkait dengan tingkat TSH darah utuh, 20 mU / L. Reagennya juga tahan lama (6 bulan).
e.       Serum Tiroglobulin
            Asupan iodium mempengaruhi oleh konsentrasi hormon tiroid dan kadar tiroglobulin didarah. Tiroglobulin merupakan protein tiroid yang paling melimpah dan spesifik untuk tiroid. Dengan tidak ada peran fisiologis diketahui selain pada tiroid.
             Berbeda dengan yodium urin, tiroglobulin merefleksikan status  yodium selama periode bulan. Ketika asupan yodium tidak memadai, sel tiroid mengalami proliferasi menyebabkan hiperplasia dan hipertropi, sehingga menyebabkan sel tiroid melepaskan tirogobulin ke serum. Oleh karena itu, ketika asupan yodium rendah, hubungan antara kadar TSH dalam serum dan asupan yodium dapat diamati. Serum tiroglobulin mungkin menjadi penanda sensitif untuk status yodium, tidak hanya ketika asupan yang kurang, tetapi juga dari asupan yodium yang lebih.
Kriteria Interpretasi
            Cutoff point untuk serum tiroglobulin belum disahkan, karena sebagian metode uji yang tidak terstandar. Ditambah lagi, kadarnya tinggi saat lahir, tetapi terus menurun selama masa kanak-kanak dan remaja untuk mencapai konsentrasi maksimum saat dewasa.
Pengukuran tiroglobulin
            Tiroglobulin dalam serum umumnya diuji melalui metode fluoroimmunometric menggunakan teknologi lempeng dengan kit komersial. Untuk pengujian digunakan darah dari jari, tumit, atau menusuk daun telinga (diameter 3mm) lalu diletakkan pada kertas filter, dengan udara kering dalam posisi horizontal selama 24 jam dan kemudian disimpan pada – 200 C
f.     T3 (Triiodotironin Serum) dan T4 (Tiroksin)
            Kadar T3 dan T4 di dalam serum kadang - kadang juga bisa digunakan untuk pengukuran fungsi tiroid, meskipun ini relatif tidak sensitif seperti pengukuran TSH, umumnya penurunan dibawah rentang normal terjadi pada kondisi defesiensi iodium yang sangat parah.
            Konsentrasi dari kedua hormon ini dikontrol oleh kadar TSH. Jika kadarnya cukup, akan terjadi umpan balik ke hipotalamus untuk mengatur produksi TSH. Ketika suplai iodium dimakanan terbatas, akan menyebabkan peningkatan TSH dan  menstimulasi kelenjar tiroid untuk mencukupi sintesis hormon T3 dan T4. Namun, metode ini adalah mahal dan rumit, dan tidak dianjurkan digunakan di negara berkembang.

g.    Serapan Iodium Radioaktif
       Pengukuran penyerapan radioaktif 131I digunakan sebagai tes fungsi tiroid dalam pengaturan klinis. Afinitas dari kelenjar tiroid untuk yodium diperkirakan oleh sebagian kecil dari iodium yang terkonsentrasi di kelenjar tiroid

Daftar Pustaka
Gibson, Rosalind. 2005. Principle of Nutritional Assesment. New York : Oxford University          Press

Gibson, Rosalind. 1993. Nutritional Assesment a Laboratory Manual. New York : Oxford            University             Press

Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama




1 komentar

IT'S ALL ABOUT RED... ^,^

gue mau nuliss lagiii. daripada uring-uringan ga jelas, ditambah lagi panasnya cuaca juga buat gue kagak bisa bobokl ciangg..
kali ini gue mau cerita mengenai apa yang gue suka..
i love all about red..
entah kenapa kalo gue ngelihat yang namanya warna merah pasti cantiiik banget, lucuuu banget, maniiis banget, dan okeee banget..
dan gue udah berhasil nyebarin virus love red ke temen-temen gue..
yang kerennya lagi, gue suka merah,, tapi gue ga punya tas merah, sepatu merah,,,
itu semua disebabkan oleh ketidakbolehan mam buat ngijinin gue ngoleksi benda-bemnda itu dengan warna merah,,,
tapiii, gue mauuuu...
pokoke, hari ini gue sedang berada di red zone,
ad hp merah gue, buku merah gue, boneka merah gue, selimut merah gue, kursi merah gue, sprei merah gue, sarung tangan merah gue, mio soulnya merah gue, sampe hanger merah gue...
hahahaha...
yakin deh, merah itu cantik, mewah, dan menyemangati jiwa yang sedang dapet virus galau..
atas anjuran sobat gue, nih judul gue dia yang ngasiih...

0 komentar

ketikan siang..

jika hari ini semua teman-teman kampus sibuk balik ke kota asalnya dan bersenang senang,, lha gue disini malah ga tau musti ngapain. ngebosenin banget rasanya. baru juga libur 3 harii.. ditambah lagi sama cuaca kota Padang yang makin hari makin ekstrim. panasnya itu lhoo... masya Allah...
kalo bisa nih ya,, mungkin  ni otak udah pada meleleh..
herannya, kayaknya nih bumi ga bersahabat lagi. gue sediih,, orang-orang banyak yang ga bisa ngejaga bumi semampunya. bukan orang aja sih, gue termasuk dalamnya. tapi, gue udah berusaha buat mengvurangi pemanasan global ini. kaya' ga make kantong plastik kalo emang tuh barang-barang yang gue beli bisa masuk tas ato dipegangin aja.
gue pengen menjedi penggerak, buat orang-orang sekitar gue supaya mulai mengurangi hal-hal yang menyebabkan bertambahnya pemanasan global.
hmmm.. makin panjang gue ngetik, gue sendiri makin bingung..
entahlah, gue mau deh jadi orang yang bisa mempengaruhi lingkungan gue buat menjaga nih alam...

0 komentar